Materialitas dan resiko
Materialitas
Besarnya
nilai yang dihilangkan atau besarnya salah saji informasi akuntansi yang dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan terhadap
informasi tersebut karena adanya penghilangan atau
salah saji tersebut.
Faktor yang mempengaruhi pertimbangan
Besarnya
nilai yang dihilangkan atau besarnya salah saji informasi akuntansi yang dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap
informasi tersebut karena adanya
penghilangan atau salah saji tersebut.
Pedoman materialitas
·
Tidak
ada pedoman spesifik tentang materialitas
·
FASB
dan AICPA belum bersedia menerbitkan pedoman materialitas
Pedoman ilustratif materialitas
Kantor Akuntan Publik Hara, Saptoto & Rekan
PERNYATAAN KEBIJAKAN
No. 31 IC
Perihal : Pedoman Materialitas
Pertimbangan
profesional harus selalu digunakan dalam penetapan dan penerapan materialitas.
Sebagai pedoman umum, kebijakan berikut ini dapat diterapkan:
- Gabungan total salah saji dalam laporan keuangan yang melebihi 10% biasanya dianggap materialitas. Kombinasi total salah saji dibawah 5% dianggap tidak materialitas jika tidak ada faktor kualitatif. Salah saji atau ketidakberesan antara 5%-10% memerlukan perhatian khusus dalam pertimbangan profesional untuk menentukan materialitasnya.
- Laporan Laba Rugi. Gabungan kekeliruan dalam laporan laba rugi biasanya diukur diantara 5% - 10% dari laba operasi sebelum pajak. Penetapan angka 5% - 10% ini dimungkinkan kurang atau kecil dari biasanya. Jika laba operasi tahun yang bersangkutan dianggap tidak representatif, harus dicari ukuran lain sebagai dasarnya. Contoh, laba operasi rata-rata selama 3 tahun dapat dipakai sebagai dasar.
- Neraca. Gabungan kekeliruan dalam laporan neraca harus dievaluasi untuk aktiva lancar, utang lancar, dan total aktiva. Untuk aktiva lancar maupun utang lancar, pedoman materialitasnya adalah 5% - 10%, sedangkan untuk total aktiva antara 3% - 6%, dengan penerapan yang sama seperti pada laporan laba rugi.
- Faktor-faktor kualitatif harus diperhtikan dengan teliti dalam audit. Dalam banyak kasus, faktor-faktor tersebut lebih penting dari pedoman untuk neraca dan laba rugi diatas. Penggunaan laporan keuangan yang bersangkutan dan sifat dari informasi yang dikandungnya harus dievaluasi dengan seksama.
- Angka antara 5% - 10% harus diukur dalam hubungannya dengan dasar yang digunakan. Seringkali terdapat lebih dari satu dasar dimana kekeliruan digunakan. Seringkali, terdapat lebih dari satu dasar dimana kekeliruan harus dibandingkan. Pedoman dibawah ini direkomendasikan dalam penetapan dasar yang pantas:
Tingkat materialitas ada 2 yaitu:
·
Tingkat perencanaan
·
Tingkat pelaksanaan
Materialitas tingkat perencanaan
·
Merupakan
preliminary judgments tentang tingkat materialitas
·
Ditetapkan pada tahap perencanaan
audit.
Materialitas pada pelaksanaan audit:
·
Materialitas
yang digunakan pada saat mengevaluasi bukti audit (salah saji) dalam
pelaksanaan audit.
·
Laporan
keuangan wajar apabila salah saji tidak melebihi tingkat materialitasnya.
Tingkat materialitas ada 2 yaitu:
·
Materialitas pada tingkat saldo
akun
·
Materialitas pada tingkat laporan
keuangan
Materialitas pada tingkat laporan keuangan
Adalah
: Salah
saji minimal secara keseluruhan dalam laporan keuangan, yang merupakan salah
saji material yang dapat dipertimbangkan.
Alasan
: Pendapat
kewajaran laporan keuangan oleh auditor, adalah meliputi laporan keuangan
secara keseluruhan.
Pedoman umum
Petunjuk umum dalam praktek:
5% - 10% pada laba bersih sebelum
pajak.
0,5 % - 1% pada total aktiva.
1% pada ekuitas.
0,5
% - 1% pada laba kotor.
Materialitas pada tingkat laporan keuangan
Contoh : PT. ZZZ mempunyai total aktiva Rp.100 M.
Terjadi salah saji sebesar Rp.700 juta.
Tingkat materialitas total aktiva 1% x
Rp.100 M = Rp.1 M. Salah
saji sebesar Rp.700 juta
Tingkat materialitas total aktiva 1% x
Rp.100 M = Rp.1 M.
·
Pendapat
auditor:
-
Salah saji Rp.700 juta < tingkat
materialitas Rp.1 M.
-
Total aktiva WAJAR.
Materialitas pada tingkat saldo akun
Alasan: Laporan keuangan
terdiri dari akun-akun. Auditor melakukan pengujian pada saldo
akun untuk mendapatkan kesimpulan menyeluruh mengenai kewajaran laporan
keuangan. Salah
saji minimal yang dapat muncul dalam saldo akun. Merupakan salah saji
yang dapat ditoleransi (tolerable misstatement ).
Alokasi
materialitas pada tiap akun
• Misalnya :
– Kas 5%
– Piutang usaha 15%
– Persediaan 30%
– Aktiva tetap 50%
• Contoh
PT. ZZZ mempunyai total aktiva
Rp.100 miliar.
• Tingkat materialitas total aktiva 1% x
Rp.100 M = Rp.1 M
Kas 5%XRP.1M=
50juta
Piutang usaha 15%XRP.1M=150
juta
Persediaan 30%XRP.1M=
300 juta
Aktiva tetap 50%X
Rp.1M RP.500 Juta
Apabila
salah saji pada tiap akun
• Kas Rp.
40 juta
• Piutang usaha Rp.200 juta
• Persediaan Rp.200 juta
• Aktiva tetap Rp.300 juta
Materialitas
pada tingkat saldo akun
• Salah saji kas sebesar Rp.40 juta
• Tingkat materialitas kas Rp.50 juta
• Pendapat auditor
Salah saji Rp.40 juta <
tingkat materialitas Rp.50 juta.
• Akun kas WAJAR.
Materialitas
pada tingkat saldo akun
|
|
Salah saji
|
Tingkat
materialis
|
Pendapat auditor
|
|
Kas
|
40
|
50
|
Wajar
|
|
Piutang usaha
|
200
|
150
|
Tidak wajar
|
|
persediaan
|
200
|
300
|
Wajar
|
|
Aktiva tetap
|
300
|
500
|
Wajar
|
Resiko
Audit
·
Tingkat
ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit.
·
Risiko audit keseluruhan(overall
audit risk)
Risiko
audit pada tingkat laporan keuangan.
·
Risiko
individual audit
Risiko
audit pada tingkat saldo akun.
Resiko
audit pada tingkat laporan keuangan:
• Risiko yang terjadi - dalam hal auditor tanpa disadari
tidak memodifikasi pendapatnya - atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
• Risiko yang dapat ditanggung oleh
auditor dalam menyatakan pendapat bahwa
laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal kenyataannya laporan
keuangan tersebut berisi salah saji material.
Unsur
risiko audit
Audit risk model
• AR = IR x CR x DR
• AR = Audit risk
– The risk that the auditor will
incorrectly issue an unqualified opinion
• IR = Inherent risk
– The risk of material misstatements
absent any internal controls or testing
• CR = Control risk
– The risk that internal controls will
fail to prevent or detect material misstatement
• DR = Detection risk
– The risk that audit tests will fail to
detect material mistatement
• Therefore, audit risk is a function of
inherent risk, unchecked by controls and not detected by the auditor
Assesing audit risk
Factors:
·
Nature
of users
·
Likelihood
of financial difficulties
·
Management
integrity
Also
consider business risk
Risiko
bawaan
Kerentanan suatu saldo
akun atau golongan
transaksi terhadap salah saji material, dengan
asumsi tidak terdapat kebijakan dan prosedur SPI yang terkait.
• Misalnya :
• Kas lebih mudah dimanipulasi daripada
persediaan
• Berarti kas
mempunyai risiko bawaan yang lebih besar daripada
persediaan.
Risiko
pengendalian
• Risiko terjadinya salah saji material
dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu
oleh SPI.
• Apabila SPI efektif Ã
salah saji bisa dicegah atau dideteksi secara tepat waktu.
• Maka risiko
pengendalian menjadi kecil
Risiko
deteksi
• Risiko sebagai akibat auditor tidak
dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
• Apabila prosedur audit efektif Ã
auditor bisa mendeteksi salah saji yang terjadi.
• Maka risiko deteksi
menjadi kecil
Resiko
audit keseluruhan
• Risiko pada saat
auditor salah memberikan pendapat.
• Apabila prosedur audit efektif Ã
auditor bisa mendeteksi salah saji yang terjadi.
• Maka auditor tidak
salah dalam memberikan pendapat Ã
risiko audit menjadi kecil.
Hubungan
risiko audit, materialitas dan bukti audit
Hubungan Risiko Audit, Materialitas
& Bukti Audit
& Bukti Audit
•
Apabila auditor ingin mengurangi
(memperketat) tingkat materialitas,
•
Dan auditor ingin mempertahankan risiko
audit tetap,
•
Maka
bukti audit harus ditambah.
=ML=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar